MARSEKAL MUDA PROF. dr. ABDULRACHMAN SALEH (1909-1947)

BAGIAN I

A. Masa Kecil Hingga RemajaMemasuki Pendidikan Umum

1. Memasuki Pendidikan Umum

Abdulrachman Saleh dilahirkan di Kampung Ketapang (Kwitang) Jakarta, pada 1 Juli 1909 sebagai putra kedua dari dr. Muhamad Saleh. Keluarga ini mempunyai sebelas orang anak, dua orang di antaranya meninggal dunia sewaktu masih kecil.

Muhamad Saleh berasal dari Salatiga, Jawa Tengah, sedangkan istrinya berasal dari Jakarta, Sebagai seorang dokter tamatan STOVIA (School tot Opleiding voor Indische Artsen), ia seangkatan dengan dr. Sutomo, tokoh nasional pendiri Budi Utomo.

Berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain, merupakan kehidupan biasa dari dr. Muhamad Saleh. Dari Jakarta ia dipindahkan ke Boyolali. Tetapi kota kecil ini tak lama ditempatinya. Tugas baru menunggunya di Kolonedale (Sulawesi Tengah). Dari sini dipindahkan lagi ke Jawa, yakni ke Bondowoso. Sesudah itu ia bertugas di Pasuruan dan akhirnya di Probolinggo. Masyarakat di tempat ia bertugas, terutama masyarakat Probolinggo, mengenal dr. Muhamad Saleh sebagai dokter yang berjiwa sosial.

Dalam keadaan demikianlah Maman, panggilan Abdulrachman Saleh, dibesarkan. Sejak masa kanak-kanak sudah tampak, bahwa ia mewarisi sifat ayahnya, periang dan baik hati. Lebih dari itu, ia termasuk seorang yang serba ingin tahu. Maman tidak akan puas dengan hanya mempermainkan permainan yang diberikan ayahnya. la ingin mengetahui lebih banyak lagi. Tidak ada sebuah pun permainan itu yang tetap akan berada dalam keadaan utuh. Jari-jari kecil Maman akan membongkarnya. Tetapi selamanya pula ia dapat memasang bagian-bagian yang sudah semula cerai berai itu kembali ke bentuk semula. Walaupun kebiasaan itu kadang-kadang menjengkelkan, namun orang tuanya merasa bangga terhadap anak yang memiliki jiwa yang hidup dan penuh inisiatif ini.

Status sosial Muhamad Saleh memungkinkan Maman untuk memasuki HIS (Hollandsch Inlandsche School = Sekolah Dasar) tidak mungkin dimasuki oleh setiap anak Indonesia pada waktu. la dianugerahi otak cerdas, sehingga angka-angka rapornya memudahkannya untuk naik dari satu kelas ke kelas berikutnya. Setelah menamatkan HIS ia meneruskan pelajarannya ke MULO (Meer Uitgebreid Lagere School = SMP). Sejak MULO ini Maman sudah diarahkan untuk menjadi seorang dokter mengikuti jejak ayah. Karena itu, setelah menyelesaikan MULO, ia memasuki STOVIA Jakarta.

Baru beberapa bulan belajar di STOVIA, sekolah itu dibubarkan Pemerintah Belanda. Alasannya ialah, dasar pendidikan MULO tidak memenuhi syarat untuk mengikuti pelajaran sekolah dokter. Untuk itu diperlukan pendidikan AMS (Algemeene Middelbaar School = SMA).

Perubahan itu tidak menjadi hambatan bagi Maman. la sudah terdidik hidup disiplin yang dicontohkan oleh ayahnya. Di samping itu dr. Muhamad Saleh sudah menanamkan kepada anaknya tentang pentingnya pengetahuan sebagai sandaran hidup mereka kelak. Dengan senang hati Maman memasuki AMS di Malang. Berkat kecerdasan otak dan ketekunan belajar, Maman menjadi murid yang terpandai di kelasnya. la menamatkan AMS dengan nilai-nilai baik. Dengan modal itu ia memasuki GHS (Geneeskundige Hooge School = Sekolah Tinggi Kedokteran) di Jakarta.

2. Dokter Yang Aktif Dalam Berbagai Organisasi

Masa-masa menjadi mahasiswa itu merupakan masa yang baik bagi pembentukan watak Maman selanjutnya. Jiwa kreatif yang sudah dipunyai sejak masa kanak-kanak, kini dapat berkembang dengan wajar. la tidak hanya aktif di bidang kemahasiswaan, tetapi juga di luar gedung kuliah. Sifat serba ingin tahu mendorongnya untuk memasuki organisasi seperti Indonesia Muda. Ternyata la mempunyai minat yang cukup besar di bidang olahraga. Waktu-waktu terluang diisinya, dengan kegiatan di bidang ini. Atletik, berlayar dan main anggar termasuk cabang-cabang olahraga yang disenanginya.

Dalam Jong Java, organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan, Maman tercatat sebagai anggota yang aktif. Di samping itu ia juga memasuki organisasi pramuka, yakni

Indonesische Padvindrij Organisatie (lNPO). Dalam tahun 1925 INPO berganti nama menjadi Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI), sesuai dengan perkembangan pergerakan nasional yang mulai berusaha mengganti nama-nama Belanda dengan nama Indonesia.

KBI banyak menyita waktu dan perhatian Maman. Tetapi bagi seorang yang senang bekerja seperti dia, hal itu malah menimbulkan kegembiraan. Di lingkungan KBI ia tumbuh menjadi seorang yang disenangi, ramah-tamah dan penuh humor. Sikap disiplinnya menimbulkan rasa kagum kawan-kawannya. Akhirnya ia menjadi seorang pemimpin pramuka yang disegani. la tidak dapat mentolerir tindakan-tindakan indisipliner, segala sesuatu yang tidak menurut semestinya. la tidak segan-segan mengoreksi ternan-temannya yang melakukan penyelewengan. Karena tindakan-tindakan itu ia diberi julukan karbol.

Maman tidak pemah merasa puas dengan apa yang telah diperolehnya. la selalu berusaha mencari pengalaman-pengalaman baru. Karena itu tidak heran, bila ia juga menjadi anggota aeroclub, sebuah perkumpulan olahraga terbang di Jakarta. Anggotanya sebagian besar terdiri dari orang-orang Belanda. Biaya untuk menjadi anggota sangat tinggi. Hal itu antara lain menyebabkan tidak banyak pemuda Indonesia yang memasuki organisasi ini. Dengan demikian Maman memasuki suatu lapangan yang kelak akan banyak artinya bagi dirinya dan bangsanya. Dalam organisasi ini ia bersaing dengan pemuda-pemuda Belanda. Ternyata ia berhasil berkat kemauan yang keras. la memperoleh brevet terbang, sesuatu yang jarang dimiliki pemuda-pemuda Indonesia pada masa itu.

Agaknya sudah menjadi tradisi bagi keluarga dr. Muhamad Saleh untuk menikah sebelum menamatkan pelajarannya. Begitu pula halnya dengan Abdulrachman. Sewaktu masih menjadi mahasiswa, ia berkenalan dengan gadis lsmudiati, seorang pendidik kelahiran Purworejo. Mereka menikah pada 1933. Dari pernikahan ini mereka dikaruniai dua orang putra.

Setelah memperoleh gelar dokter, Abdulrachman memperdalam pengetahuannya di bidang ilmu faal. Di bidang ini ia menunjukkan prestasi yang baik. Abdulrachman terpilih sebagai Asisten dalam ilmu faal. Mula-mula ia menjadi dosen Nederlands Indische Arts School (NJAS) di Surabaya dan kemudian diangkat menjadi dosen pada Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. Terakhir sekali, sebelum wafat. Abdulrachman menjadi guru besar pada Sekolah Tinggi Kedokteran Universitas Gajah Mada di Klaten.

Di bidang kedokteran umumnya, dan ilmu faal khususnya, Abdulrachman Saleh meninggalkan jasa-jasa yang cukup banyak. Tidak heran jika pada 5 Desember 1958, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia meresmikan dr. Abdulrachman Saleh sebagai Bapak IImu Faal lndonesia.

Kiranya tidak akan begitu keliru jika dikatakan bahwa Abdulrachman Saleh seorang yang all-round. Dari segi akademis, ia telah memiliki gelar dokter. Di bidang olahraga terbang, ia berhasil memperoleh brevet terbang. Di bidang kepramukaan ia pun mempunyai nama yang cukup baik dan disegani. Tetapi ternyata sernua itu belum lagi cukup bagi pemuda yang penuh inisiatif ini. Agaknya ia senang dengan kesibukan.

Dengan beberapa orang temannya, pada 1934, Abdulrachman Saleh mendirikan perkumpulan radio yang dinamakan Vereniging voot Oosterse Radio Omroep (VORO). Tujuan perkumpulan ini ialah menyiarkan kesenian-kesenian timur. VORO mempunyai pemancar sendiri berkekuatan 40 watt dengan gelombang 88 meter. Dua tahun kemudian ia sudah ditunjuk menjadi pemimpin VORO.

Setelah satu tahun dipimpin oleh Abdulrachman Saleh, VORO memperlihatkan kemajuan yang cukup besar. Masalah keuangan dapat diatasi terutama berkat bantuan pribadinya. Begitu pula kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah teknik. Pada saat-saat dr. Abdulrachman Saleh sibuk dengan kuliah-kullah yang diberikannya pada Sekolah Tinggi Kedokteran, atau dengan kegiatan-kegiatannya pada VORO, atau pada Aeroclub, suatu perubahan penting terjadi di tanah air. Perang Dunia yang berkobar di Eropa sejak September 1939. menjalar pula ke Asia termasuk Indonesia. Serangan yang dllancarkan Jepang terhadap Indonesia berakhir dengan menyerahnya Pemerintahan Belanda pada 8 Maret 1942. Sejak saat itu selama kurang lebih tiga setengah tahun Indonesia berada di bawah kekuasaan pemerintah pendudukan Jepang. Dalam masa itu Abdulrachman Saleh tetap memberi kuliah pada Sekolah Tinggi Kedokteran (Ika Daigaku). Di samping itu bersama dengan para mahasiswa ia ikut pula menjalani latihan kemiliteran yang diberikan oleh para anggota Pembela Tanah Air (Peta). Pada Agustus 1945 terjadi Jagi perubahan. Tanggal 15 Agustus Jepang menyerah kepada Serikat dan dua hari sesudah itu kemerdekaan Indonesia diproklamasikan. Dengan demikian berdirilah sebuah negara baru di kawasan Asia Tenggara.

3. Perintis Lahirnya RRI

Keahlian yang dimiliki Abdulrachman Saleh ternyata berguna bagi negara yang masih muda itu. Yang pertama-tama dimanfaatkannya ialah pengalaman di bidang radio.

Proklamasi kemerdekaan yang dibacakan pada pukul 10.00 tanggal 17 Agustus 1945 itu dapat segera disiarkan ke luar negeri Jepang mengadakan pengawasan ketat terhadap kantor Radio dilapangan Gambir (sekarang Lapangan Monas) Jakarta. Bagaimanapun, penyiaran proklamasi itu harus dilakukan agar dunia luar mengetahui keadaan yang sesungguhnya. Begitu pula berita itu harus segera diterima di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Rintangan yang dilakukan Jepang harus diatasi dan Abdulrachman Saleh menemukan cara untuk mengatasinya.

Dengan bantuan beberapa orang pegawai radio bagian teknik, ia berhasil menyalurkan siaran melalui sebuah pemancar bergelombang 16 meter yang berada di Bandung. Pemancar ini sudah agak lama tidak dipakai. Dulunya digunakan Jepang untuk menyampaikan instruksi kepada pasukannya yang tersebar di seluruh Indonesia.

Tindakan itu bukannya tidak mempunyai akibat. Pemimpin Kantor Radio berkebangsaan Jepang segera mengetahuinya. Dua orang pemuda Indonesia, Bachtiar Lubis dan Yusuf Ronodiputro harus berhadapan dengan pembesar tersebut.

Tetapi Abdulrachman Saleh tidak kehilangan akal. Bila tidak dapat dilakukan dalam studio, di luar studio pun masih ada kemungkinan. Sebuah pemancar gelap mulai dipikirkan. Dan berkat bantuan beberapa orang tenaga dari Kantor Radio ditambah dengan keahliannya di bidang teknik, pemancar itu pun dapat direalisasikan. Sejak saat itu berkumandanglah siaran Radio Indonesia Merdeka melalui gelombang 85 meter dari sebuah gedung di Jalan Menteng Raya dan kemudian dipindahkan ke Sekolah Tinggi Kedokteran di Jalan Salemba 6 (kini gedung Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia). Dari tempat ini disiarkan berita-berita ke luar negeri dengan call: ‘”This is the Voice of Free Indonesia”  (Inilah “Suara Indonesia Merdeka”). Jepang berusaha mencari sender ini, tetapi tidak berhasil.

Abdulrachman Saleh melangkah lebih jauh lagi. Dengan bantuan beberapa orang teman, Radio Indonesia Merdeka ini dikembangkan terus. Dari usaha ini terwujudlah Radio Republik Indonesia (RRI) yang mulai melakukan siarannya pada 11 September 1945. Tanggal 11 September kemudian diperingati sebagai Hari Radio. Dokter yang penuh inisiatif ini masih tidak merasa puas dengan apa yang telah dilakukannya. la ingin berbuat lebih banyak lagi. Setelah siaran-siaran RRI berjalan agak lancar, ia meninggalkan bidang radio. Lapangan pengabdian lain yang dimasukinya ialah bidang penerbangan. Pengalaman selama menjadi anggota Aeroclub di zaman Belanda dan brevet terbang yang dimilikinya memungkinkan Abdulrachman memasuki bidang ini.

Pusjarah TNI

Jl. Gatot Subroto Kav. 16

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *