A.K. Gani Tokoh Pergerakan Kemerdekaan sebagai Koordinator Pembentukan TKR Sumatera
Adnan Kapau Gani atau A.K. Gani lahir di desa Palembayan, Kabupaten Agam Sumatera Barat pada tanggal 1 September 1905. Gani menempuh pendidikan hingga Geneeskundige Hoge School (GHS; sekolah tinggi kedokteran), selesai tahun 1940. Berlatar belakang pendidikan yang ditempuhnya, menempatkan A.K. Gani menjadi salah seorang tokoh Pergerakan Kemerdekaan, khususnya di wilayah Sumatera Selatan.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, satu hari setelah proklamasi dikumandangkan pada 17 Agustus 1945, Gani mengadakan pertemuan dengan tokoh–tokoh Sumatera Selatan membicarakan tentang penyambutan berita Proklamasi di Palembang khususnya dan di Sumatera Selatan umumnya. Selain itu, menginstruksikan kepada para pemuda agar bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi dalam pengambil alihan kekuasaan dari tangan Jepang. Pada tanggal 19 Agustus 1945, A.K. Gani kembali mengadakan rapat di rumahnya di Jalan Kepandean No.10, dihadiri oleh para eksponen Gyugun. Rapat tersebut berhasil membentuk organisasi perlawanan di Palembang yaitu, “Mata Ronda”. Tugas Mata Ronda ini ialah mengibarkan bendera Merah Putih di menara Masjid Agung pada tanggal 20 Agustus 1945 dan mencari senjata dari Jepang baik dengan diplomasi pembelian maupun dengan kekerasan. Pada tanggal 23 Agustus 1945, A.K. Gani membentuk pemerintahan bangsa Indonesia Karesidenan Palembang dan langsung bertindak sebagai residennya, yang kemudian disahkan oleh Gubernur Sumatera.
Atas inisiatif A.K. Gani pada 4 September 1945 diadakan rapat untuk menyusun organisasi militer yang lebih baik di Palembang. Sejak saat itu organisasi militer di Palembang menjadi lebih tertata dengan baik. Pemerintah Pusat mengangkat A.K. Gani sebagai koordinator pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Sumatera.
Pada tanggal 5 Desember 1945, Gani ditunjuk sebagai formatur untuk menyusun Komando Militer Sumatera. Dengan kewenangannya tersebut, pada tanggal 27 Desember 1945 dibentuklah Komando TKR Sumatera dengan Panglimanya Sukarjo Harjowardoyo. Selanjutnya dr. A.K. Gani juga membentuk divisi-divisi di Sumatera.
Dalam kedudukannya sebagai koordinator dan organisator TRI Sumatera serta Wakil Menteri Pertahanan untuk Sumatera, dr. A.K. Gani melakukan perjalanan ke seluruh Sumatera untuk mengorganisir TRI dan Laskar Perjuangan. Ia berhasil menyusun Badan Koordinator Pertahanan Provinsi Sumatera pada tanggal 27 Agustus 1946 di Pematang Siantar dengan Ketuanya Mr. M. Hasan (Gubernur Sumatera) dan A.K. Gani sebagai wakilnya.
Pada periode setelah agresi militer Belanda kedua, Sumatera dipecah menjadi empat daerah militer. Sumatera Selatan dijadikan daerah istimewa dengan nama Daerah Militer Istimewa Sumatera Selatan (DMISS). dr.A.K. Gani diangkat sebagai gubernur militernya dan wakilnya adalah Kolonel M. Simbolon. Sebagai gubernur militer, ia langsung memimpin rakyatnya bergerilya. Untuk menggerakkan seluruh Daerah Militer Istimewa Sumatera Selatan, yang meliputi Karesidenan Lampung, Karesidenan Bengkulu, Jambi, dan Palembang, Gubernur Militer mengeluarkan order No.1/R yang ditujukan kepada seluruh tentara dan rakyat Sumatera Selatan agar bangkit berjuang melawan tentara Belanda. Atas jasanya sebagai Gubernur Militer yang memimpin gerilya di Sumatera Selatan, rakyat Sumatera Selatan memberikan penghargaan berupa Bintang Emas 24 karat serta julukan sebagai “Pemimpin Gerilya Agung”. Piagam penghargaan diberikan melalui Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Selatan (DPRSS) pada tanggal 17 Februari 1950.
Di samping perannya dalam dunia militer, A.K. Gani juga aktif dalam bidang politik. Saat bersekolah di Jakarta, ia aktif dalam organisasi kepemudaan. Kemudian menjadi anggota pengurus Jong Sumatranen Bond yang berganti nama menjadi Pemuda Sumatera. Ia juga turut membantu terselenggaranya Kongres Pemuda pada bulan Oktober 1928. Selanjutnya, ia diangkat sebagai anggota komisi yang bertugas melakukan fungsi berbagai organisasi pemuda yang kemudian melahirkan organisasi Indonesia Muda pada tahun 1930.
A.K. Gani juga aktif sebagai anggota Partai Indonesia (Partindo). Pada bulan Mei 1937, setelah Partindo bubar, dengan beberapa temannya ia mendirikan partai baru yakni Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) dan langsung dipilih sebagai ketuanya. Pada tahun 1939 ia ikut mensponsori lahirnya Gabungan Politik Indonesia (Gapi) yang merupakan federasi partai-partai politik, dalam kepengurusan Gapi ia duduk sebagai Wakil Gerindo.
Pada masa pendudukan Jepang, Gani pernah dipenjarakan selama satu tahun akibat sikap politiknya yang anti fasisme. Berkat campur tangan Soekarno kemudian ia dibebaskan. Selanjutnya, Jepang mengangkatnya menjadi anggota Sumatera Chuo Sangi In (semacam dewan perwakilan) yang didirikan bulan Maret 1945.
Pada masa awal revolusi, Gani juga aktif mengadakan perdagangan barter (yang oleh Belanda disebut penyelundupan) dengan luar negeri, terutama dengan Singapura dan Malaya. Dari hasil barter itu, ia berhasil memasukkan berbagai keperluan pemerintah terutama senjata. Dalam melakukan barter ini ia bekerjasama dengan beberapa orang pedagang Tionghoa.
Gani juga memiliki jabatan penting dalam pemerintahan pusat, dimulai sebagai Menteri Kemakmuran dalam Kabinet Sjahrir III (Oktober 1946-Juni 1947). Atas prakarsanya, pada bulan Januari 1947 dibentuk Planning Board (Dewan Perancang) yang bertugas menyusun rencana pembangunan ekonomi. Planning Board yang ia pimpin langsung, kemudian dikembangkan menjadi Panitia Pemikir Siasat Ekonomi di bawah pimpinan Wakil Presiden Muhammad Hatta, dan Gani sendiri diangkat sebagai Wakil Ketuanya. Jabatan sebagai Menteri Kemakmuran tetap dipegang Gani masih dalam Kabinet Amir Syarifuddin, disamping jabatannya sebagai Wakil Perdana Menteri. Selain itu, Gani berperan aktif dalam perundingan dengan Belanda yang akhirnya melahirkan Perjanjian Linggarjati, tanggal 25 Maret 1947.
Aktivitas terakhir Gani di bidang pemerintahan ialah sebagai Menteri Perhubungan dalam Kabinet Ali Sastroadmijojo I (November 1954-Agustus 1955). Ia kemudian diangkat sebagai anggota Konstituante pada tahun 1956 sampai tahun 1959 sebagai wakil dari PNI, serta terakhir menjadi anggota MPRS dari tahun 1960-1966. Di luar itu, di samping memegang berbagai jabatan politik dan pemerintahan, dr. A.K. Gani tetap membuka praktek dokter untuk membantu dan menolong rakyat.
Dokter Adnan Kapau Gani meninggal dunia di Palembang tanggal 23 Desember 1968, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Ksatria, Bukit Siguntang Palembang. Atas jasa-jasanya Pemerintah RI menganugerahi gelar pahlawan nasional kepada dr.A. K. Gani pada tanggal 6 November 2007.