Terbentuknya Pasukan Pas “O”
TERBENTUKNYA PASUKAN PAS “O”
Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 22 Agustus 1945 memutuskan untuk membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), sebelum terbentuknya tentara regular di Indonesia. Pembentukan tentara nasional ini belum dapat diwujudkan karena pertimbangan keamanan dan ketertiban dalam negeri, sehubungan akan datangnya Sekutu sebagai pemenang perang dunia II. Sementara itu, kedudukan Jepang pun masih cukup kuat bertahan di Indonesia, untuk menjaga status quo Indonesia sebelum datangnya Sekutu. Khusus di bidang kelautan, BKR Laut terbentuk pada tanggal 10 September 1945. Untuk daerah Jakarta, pembentukan BKR Laut diprakarsai oleh pemuda-pemuda pelaut bekas pelajar dan guru Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT) serta pelaut-pelaut Jawa Unko Kaisya (perusahaan pelayaran) yang telah ada sejak zaman Jepang. Pembentukannya sendiri dikoordinasikan oleh M. Pardi, Adam, R.E. Martadinata, R. Soerjadi, Oentoro Koesmardjo, dan lain-lain.
Beberapa eks pejabat BKR Laut Jakarta dan juga mantan pejabat tinggi Jawa Unko Kaisya diantaranya M. Pardi dan Adam kemudian berkeinginan membuka sebuah sekolah pelayaran dan menganjurkan kepada para pemuda pelajar SPT agar melanjutkan pelajaran mereka di sekolah tersebut. Tetapi seiring perlawanan yang dilakukan karena datangnya kembali tentara Sekutu ke Indonesia, kumpulan pemuda-pemuda yang semula direncanakan untuk melanjutkan kembali studinya tersebut akhirnya berkembang lebih menyerupai sebuah pasukan daripada pelajar. Sehingga diputuskan pada akhir bulan Agustus 1945 pemuda-pemuda tersebut dihimpun dalam satu pasukan dibawah Abdul Latif, S. Bagiyo dan Oentoro Koesmardjo. Akan tetapi, nama yang tepat belum dapat diberikan untuk pasukan ini. Untuk menghadapi Sekutu, mereka membuka front dan bergerak sampai ke luar kota, antara lain ke Bekasi, Cikampek dan Bandung Selatan Dengan cara ini mereka berhasil mendapatkan senjata walaupun sama sekali belum dapat dikatakan cukup guna melawan tentara Sekutu yang memiliki kelebihan dalam segala hal, baik personel, persenjataan maupun teknik berperang.
Namun, karena perlawanan yang tidak seimbang, maka pasukan BKR Laut pimpinan Abdul Latif kemudian mengadakan “pengembaraannya” jauh ke luar kota Jakarta. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya diambil keputusan, mereka akan pindah ke Jawa Timur, dan membangun markasnya di sana tepatnya di Mojokerto. Semula, mereka berkeinginan membangun markas di Surabaya, tetapi karena wilayah ini tengah berkobar pertempuran heroik 10 November,maka pada akhirnya mereka membangun markas di Mojokerto. Di sini pasukan diperkuat dengan kelompok pelaut yang dipimpin oleh Abineno. Sementara itu, Resimen II TKR Laut Malang membutuhkan bantuan untuk memperkuat pertahanannya di Malang. Bantuan tersebut dapat diperoleh dengan datangnya pasukan yang bermarkas di Mojokerto. Karena belum memiliki nama, pasukan ini kemudian diberinama Kompi “O” dengan pimpinannya Oentoro Koesmardjo. Untuk memberi semangat perjuangan yang kuat kepada Kompi “O” maka nama kompi ini diganti menjadi Pemuda Angkatan Samodra Oembaran (Pasukan PAS “O”) pada tanggal 29 November 1945. Perkataan Oembaran berarti mengembara, jadi maksudnya ialah pasukan pejuang yang mengembara jauh dari kampung halamannya. Markas Pasukan Pas”O” kemudian berkedudukan di Jalan Lowok Waru No. 33 Malang. Namun, meskipun berkedudukan di Malang, tugas operasi Pas “O” ini tetap tersebar ke beberapa front pertempuran.
Selanjutnya, pasukan “O” terus melakukan perlawanan menghadapi pasukan Belanda yang sebelumnya telah membonceng Sekutu. Perlawanan dilakukan pada saat Agresi Militer Belanda I dan II di wilayah Jawa Timur. Dengan area medan pertempuran, meliputi Malang Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo, dan Blitar. Namun, tidak hanya peperangan menghadapi Belanda, pasukan “O” juga mendapat tugas membantu kesatuan Angkatan Darat pimpinan Bintoro untuk menumpas perembesan pemberontakan PKI Madiun di daerah Blitar.(NP)