Resensi Buku : Braga Jantung Parijs Van Java

Oleh: Feriyatno

  1. Identitas Buku.

Judul Buku                         : “Braga Jantung Parijs Van Java”.

Pengarang                         : Ridwan Hutagalung dan Taufanny Nugraha.

Penerbit                              : Ka Bandung.

Kota Penerbitan                : Depok.

Tahun Penerbitan             : 2008.

Ketebalan                           : xvi + 168 halaman.

Nomor  ISBN                     : ISBN 978-797-18671-1-5.

2. Pendahuluan.

Penulis memilih buku ini, karena ingin menceritakan dan menggambarkan, tentang masa keemasan Kota Bandung sebagai kota yang mirip dengan Parijs, khususnya Jalan Braga yang mewakili sebagai Parijsnya di Kota Bandung.

3. Isi Resensi.

Buku ini merupakan runutan cerita pada awal abad ke-20, mengajak kita untuk menelusuri lintasan jalan yang mewah, tertata rapi, dan paling mahsyur di Kota Bandung. Kalau kita pernah mendengar Parijs Van Java sebagai sanjungan Kota Bandung pada dasawarsa 1930-an. Memang betul, hanya Jalan Braga yang mewakili penampakan dari sanjungan tersebut. Dijuluki sebagai “De Meest Europeesche Winkelstraat Van Indie atau Jalan Pertokoan Paling (Bernuansa) Eropa di Seluruh Hindia” yang menunjukkan bahwa lintasan yang satu ini punya ciri khas dan keunikan sendiri. Namun sayang lintasan atau kawasan ini hanya bisa dinikmati oleh golongan elite atau kelompok tertentu saja. Kaum pribumi golongan bawah tidak bisa menikmati bangunan megah dari dalam, hanya bisa melihat dari kejauhan atau dari pinggir jalan saja.

Buku ini dibuat layaknya panduan wisata jalan kaki menyusuri Jalan Braga. Kisahnya dimulai dari ujung Selatan lintasannya sampai berakhir di ujung Utaranya. Menelusuri Jalan Braga dipandu buku ini  adalah salah satu cara mengasyikkan untuk mengenal sekelumit kisah Kejayaan Bandung Tempo Doeloe.

4. Keunggulan Buku.

Buku ini dilengkapi dengan denah atau peta Jalan Braga beserta foto-foto bangunan sekelilingnya. Disamping itu, juga dilengkapi dengan pengertian dari beberapa istilah-istilah asing serta  menggunakan bahasa yang mudah kita pahami yang mengajak kita seolah-olah ada di masa itu.

5. Kekurangan Buku.

Buku ini hanya menceritakan tentang betapa megahnya bangunan-bangunan yang digunakan oleh kelompok atau kaum elit tingkat atas pada masa itu. Kemudian pihak kaum pribumi tidak punya andil sama sekali. Mereka hanya menikmati dari jarak jauh saja.

6. Pengarang.

Ridwan Hutagalung, lahir Pematang Siantar 5 Juli 1967. Aktif dalam Komunitas Sejarah “Klab Aleut”, sebuah komunitas dengan pegiat anak-anak muda Bandung yang aktifitasnya apresiasi sejarah.

Taufanny Nugraha, lahir di Bandung 1984. Kuliah di Jurusan Ilmu Sejarah Unpad Angkatan 2003. Aktif dalam Komunitas Sejarah “Klab Aleut”, sebuah komunitas dengan segmen anak-anak muda, dimana belajar sejarah dikemas melalui kegiatan-kegiatan menarik yang dibuat ringan, seperti jalan-jalan wisata sejarah, apresiasi sejarah lewat film dan musik, konser bercerita, pameran foto bertema cagar sejarah, bincang-bincang sejarah di kafe-kafe, pendokumentasian cagar sejarah, dan heuristik kecil. Disamping itu juga aktif sebagai pemandu wisata sejarah amatir dan mengadakan kegiatan non formal lainnya yang bertemakan sejarah terutama untuk Generasi Milenial.

7. Penutup.

Intisari dari buku ini adalah sebagai pemandu wisata, Jalan Braga atau Parijs Van Java, karena mengajak kita kembali bernostalgia pada masa itu.

Pusjarah TNI

Jl. Gatot Subroto Kav. 16

Leave a Reply

Your email address will not be published.