Sejarah Organisasi

Latar Belakang Lahirnya Pusjarah TNI

Pusat Sejarah dan Tradisi TNI lahir ditengah-tengah kancah perjuangan politik menentang kegiatan Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada tahun 1964, PKI melakukan ofensif revolusioner, salah satu sasaran utamanya adalah bidang sejarah. Para tokoh PKI, termasuk Anwar Sanusi, berinisiatif menyusun buku sejarah perjuangan nasional versi PKI dengan memutarbalikkan fakta sejarah demi kepentingan perjuangan PKI. Sasaran utamanya adalah generasi muda, dengan tujuan mengubah opini umum.

Melihat upaya PKI tersebut, pimpinan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) menyadari bahwa upaya PKI sangat membahayakan generasi bangsa, merugikan kelestarian ideologi Pancasila, dan merusak Sapta Marga. Oleh karena itu, ABRI menggagalkan dan menghentikan kampanye sejarah tersebut dengan membentuk tim penulisan sejarah. Pimpinan ABRI merekrut sejarawan dari Universitas Indonesia yang dipimpin oleh Drs. Nugroho Notosanto untuk menyusun buku sejarah, khususnya sejarah Perjuangan Bersenjata Bangsa Indonesia. Dalam waktu tiga bulan, tepatnya bulan Juli 1964, tim berhasil menyelesaikan tugasnya dengan menerbitkan buku “Sejarah Singkat Perjuangan Bersenjata Bangsa Indonesia,” yang kemudian didistribusikan kepada semua instansi, jajaran ABRI, partai politik, dan front nasional. Peristiwa ini dianggap sebagai operasi di bidang sejarah untuk menghentikan kampanye sejarah PKI.

Atas keberhasilan ABRI dan pentingnya sejarah dalam perjuangan, pimpinan ABRI memutuskan untuk membentuk badan sejarah di Staf Angkatan Bersenjata (SAB). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Koordinasi Pertahanan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata (MENKO Hankam/Kasab) No. M/B/197/1964 tanggal 5 Oktober 1964, dibentuklah Biro Khusus Urusan Sejarah pada Staf Angkatan Bersenjata (SAB) dengan tugas membantu Menko Hankam/Kasab di bidang kesejarahan. Kantornya berlokasi di Gedung Utama Markas SAB, Jl. Merdeka Barat No. 13, Jakarta Pusat, dan dipimpin oleh Drs. Nugroho Notosusanto, Pembantu Rektor III Universitas Indonesia.

Perkembangan Organisasi

Tiga bulan setelah berdirinya Biro Khusus Urusan Sejarah pada Staf Angkatan Bersenjata, tepatnya tanggal 21 Januari 1965, namanya diubah menjadi Pusat Sejarah Angkatan Bersenjata (Pussejab) melalui Surat Keputusan Menko Hankam/Kasab No. M/A/10/1965. Pada tahun 1966, berdasarkan Surat Keputusan Wakil Perdana Menteri Bidang Hankam No. Kep/A/I/1966 tanggal 27 April 1966, nama Pussejab diganti menjadi Lembaga Kesejarahan Pertahanan Keamanan (Lajarah Hankam). Sebulan kemudian, tepatnya pada tahun 1966, melalui Surat Keputusan Menteri Utama (Menutama) bidang Hankam No. Kep/A/82/1996, tanggal 8 Agustus 1966, namanya diubah menjadi Lembaga Sejarah Hankam.

Selanjutnya, dengan adanya penyempurnaan organisasi ABRI sesuai Keppres No. 79/1969, nama Lembaga Sejarah Hankam juga disempurnakan menjadi Pusat Sejarah ABRI (Pusjarah ABRI). Pada tahun 1971, Pusjarah ABRI mengembangkan organisasinya dengan membangun Museum ABRI yang diberi nama Museum Pusat ABRI Satria Mandala dan Perpustakaan TNI. Pada tanggal 18 Juli 1977, untuk ketiga kalinya, nama Pusat Sejarah ABRI diubah menjadi Pusat Sejarah dan Perpustakaan ABRI (Pusjarah ABRI), melalui Surat Keputusan Menhankam/Pangab No. Kep/18/VII/1977. Pada tanggal 30 Juni 1970, kantor Pusjarah ABRI pindah dari Jalan Merdeka Barat ke Jalan Gatot Subroto No. 16, Jakarta Selatan.

Monumen Pancasila, yang dibangun pada tahun 1967 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 1 Oktober 1973, semula dikelola oleh Sekretariat Negara. Namun, sejak tanggal 14 November 1980, tanggung jawab dan pengelolaannya diserahkan dari Sekretariat Negara kepada Pusjarah ABRI melalui Surat Keputusan Menhankam/Pangab No. Skep/11/XI/1980. Ini sekaligus menjadikannya sebagai instalasi Pusjarah ABRI.

Kemudian, berdasarkan Keppres RI No. 60/1983, nama Pusat Sejarah dan Perpustakaan ABRI diubah menjadi Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, disingkat Pusjarah ABRI. Pada tahun 1985, Pusjarah ABRI menambah sarana kesejarahannya dengan membangun Museum Keprajuritan Indonesia dan Museum Waspada Purbawisesa. Kedua museum tersebut diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 5 Juli dan 10 November 1987.

Pada tahun 1989, Pusjarah ABRI melengkapi sarana kesejarahannya dengan pembuatan Museum Pengkhianatan dan Penyiksaan PKI (Komunis). Museum ini menampilkan diorama yang menggambarkan kekejaman pengkhianatan dan penyiksaan PKI terhadap para Pahlawan Revolusi di Lubang Buaya.

Berdasarkan Keputusan Menhankam/Pangab No. Kep/05/III/1999, tanggal 30 Maret 1999, Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI (Pusjarah ABRI) berubah menjadi Pusat Sejarah dan Tradisi TNI (Pusjarah TNI).

Dalam rangka validasi organisasi, sesuai dengan Keputusan Panglima TNI No. Kep/13/X/2001 tanggal 25 Oktober 2001, Pusat Sejarah dan Tradisi TNI berubah menjadi Pusat Sejarah TNI (Pusjarah TNI) sampai sekarang.

Pusjarah TNI

Jl. Gatot Subroto Kav. 16

Leave a Reply

Your email address will not be published.